Asuransi adalah salah satu penemuan peradaban manusia yang fenomenal. Ini karena, asuransi memenuhi paling sedikit 2 kebutuhan (motif) masyarakat; yaitu kebutuhan sosial dan kebutuhan ekonomi. Padahal, 2 motif tersebut seringkali “berhadap-hadapan” (dilematis) dalam pemenuhannya. Berikut penjelasannya.
Kebutuhan (motif) sosial
Kebutuhan (motif) sosial menurut Abraham Maslow dalam Wikipedia disebutkan bahwa kebutuhan sosial adalah kebutuhan akan ungkapan cinta kasih dan rasa memiliki-dimiliki. Kebutuhan-kebutuhan ini meliputi dorongan untuk dibutuhkan oleh orang lain agar ia dianggap sebagai bagian dari komunitas sosialnya.
Bentuk pemenuhan kebutuhan sosial ini contohnya adalah aktifitas berteman/bersahabat, keinginan memiliki pasangan dan keturunan, kebutuhan untuk dekat pada keluarga. dan kebutuhan antar pribadi seperti kebutuhan untuk memberi dan menerima.
Sehingga sebagai makhluk sosial, secara naluriah kita memiliki keinginan untuk dapat menolong sesama. Khususnya sesama dalam lingkungan sosial kita yang sedang tertimpa kesulitan atau musibah.
Dalam hal inilah asuransi dapat berfungsi sebagai alat pemenuhan kebutuhan sosial masyarakat. Asuransi dapat dimanfaatkan sebagai sarana menolong sesama dalam lingkungan sosial kita; khususnya yang sedang mengalami kesulitan atau musibah.
Namun, sering kali saat musibah terjadi, kita sendiri sedang dalam kesulitan, atau dalam keterbatasan, atau bahkan ikut terdampak oleh musibah yang terjadi. Inilah dilemanya!
Saat hendak menolong orang lain, kita pasti harus mempertimbangkan kebutuhan kita sendiri; yaitu kebutuhan (motif) ekonomi keluarga kita sendiri.
Sistem asuransi yang diterapkan dalam suatu masyarakat memberikan solusi terhadap dilema yang dihadapi tersebut. Dana masyarakat yang dikelola sistem asuransi, dapat disalurkan untuk membantu yang tertimpa kesulitan/musibah, termasuk kita sendiri, Contoh sistem asuransi yang diberlakukan di Indonesia adalah BPJS.
Kebutuhan (Motif) Ekonomi
Kebutuhan kedua yang dipenuhi oleh asuransi adalah kebutuhan (motif) ekonomi.
Masih menurut Maslow. dalam Wikipedia disebutkan bahwa kebutuhan ekonomi adalah bagian dari kebutuhan paling dasar manusia (kebutuhan primer/fisiologis). Kebutuhan dasar ini adalah kebutuhan untuk mempertahankan hidup (survival). Kebutuhan ini contohnya adalah kebutuhan akan makanan, minuman, tempat berteduh, tidur dan oksigen (sandang, pangan, dan papan).
Disebutkan juga bahwa manusia akan mengabaikan atau menekan dulu kebutuhan-kebutuhannya yang lain jika kebutuhan fisiologis-nya belum terpenuhi. Ciri inilah yang kerap mengakibatkan motif ekonomi bagaikan “ber-konflik” dengan kebutuhan lainnya. Padahal, setiap motif (kebutuhan) perlu dan layak dipenuhi.
Seperti dituliskan di paragraf di seksi sebelumnya, dalam memenuhi motif sosial kita menghadapi dilema adanya kebutuhan ekonomi (rumah tangga) kita. Sehingga, kemampuan kita secara individu untuk menolong sesama –dalam rangka memnuhi kebutuhan sosial –menjadi berkurang (kurang efektif).
Dalam sistem asuransi –contohnya sistem BPJS yang diterapkan di Indonesia –anggota masyarakat yang sedang mengalami kesulitan atau musibah dapat menerima bantuan yang lebih efektif. Di samping itu, kita sendiri yang “ingin” memenuhi kebutuhan sosial kita, tidak terlalu terbebani. Karena kita dapat memenuhi kebutuhan sosial kita hanya dengan ikut menjadi peserta asuransi.
Iuran peserta asuransi (biasa disebut premi) –yang umumnya nilainya relatif kecil dan disetorkan bulanan –relatif tidak membebani dan setidaknya dapat “diatur” dengan baik dalam anggaran pengeluaran keluarga. Sehingga mengurangi “konflik” dalam pemenuhan kedua kebutuhan tersebut.
Demikianlah sedikit uraian tentang 2 kebutuhan dilematis yang dapat dipenuhi sekaligus oleh asuransi. Tak mengherankan jika banyak yang mengatakan bahwa asuransi sangat dibutuhkan orang. Bahkan, banyak yang menyatakan bahwa semua orang butuh asuransi.